Menikah adalah perintah Allah yang teramat penting. Bahkan jika kita melihat dari kedudukannya dalam dakwah Islam, kita ketahui bahwa menikah mempunyai kedudukan tertinggi dalam upaya penegakan syariat Islam. Sehingga tidak heran kita jika ada banyak firman Allah didalam Al-qur’an yang mengatur pernikahan ini, demikian juga dengan hadis Rasul. Mulai dari pada siapa seharusnya seorang muslim atau muslimah harus menikah hingga bagaimana menikah itu harus dilaksanakan secara Islami. Tentu saja seperti permasalahan lainnya dalam Islam, Al-qur’an hanya memberikan penjelasan umumnya dan hadis Rasul menerangkan secara lebih terperinci. Namun tulisan ini tidak di tujukan untuk membahas pernikahan secara fiqih. Namun mencoba untuk melihat pernikahan dari sudut pandang perjalanan kehidupan untuk mencapai aktualisasi diri secara penuh demi kesempurnaan manusia yang ideal (Insan Kamil atau Insan Ilahiyah) dengan terus berada dijalanNya.
Ada pepatah china yang sering kita dengar dalam serial kera sakti ( nampak tuuu orangnya sering nonton TV aja) dikatakan bahwa kita hidup seperti ini “lahir, kecil, sakit, dewasa kemudian meningal dunia). Emang nampaknya betul juga tuh pepatah, karena kita memang menjalani hidup ini seperti itu. Ya... kalau kita hidup pastilah sebelumnya kita telah dilahirkan kedunia ini. Apa ada yang gak dilahirkan oleh ibunya? Tentu saja ada beliau adalah nabi Adam, tapi nabi Adam hidup pertama kali gak didunia tapi disurga. Jadi kayaknya selagi kita didunia pastilah dilahirkan oleh ibu kita. Kemudian kecil. So pasti lah kita semua pernah kecil dan tentunya para pembaca punya kenangan manis tersendiri tentang masa kecil ini. Kemudian dewasa. Kalau kita ada umur panjang so pasti juga akan mengalaminya dan terakhir meninggal. Firaun aja yang mengaku tuhan meninggal apagi kita. ya gak. Jadi emang bener tuh apayang dikatakan serial TV itu. Tapi tentu saja ada banyak yang terjadi dari mulai kita dilahirkan hingga kita meninggal dunia. Apalagi jika kita lihat dalam islam kehidupan kita sebagai manusia dimulai ketika kita masih di rahim ibu kita. Jadi ada baaaanyak dan baaaanyak yang ada dalam kehidupan seorang muslim selama perjanannya hidup hingga mengakhiri hidupnya.
Seiring dengan berjalan waktu setelah kita dilahirkan, kecil, remaja dan eeee.... taunya udah berpikiran mencari pendamping hidup nih. Kayaknya bosan kali ah... (ini logat medan pembaca. He he he ) kita lahir sendiri kemudian matipun sendiri, masak kita mau jalani hidup ini sendiri juga??????####. Tapi setelah lama mencari-cari kok gak jumpa-jumpa juga ya... idaman hati, penentram sanubari dan penetap jiwa untuk berada senantiasa dijalan ilahi.
Mungkin kalau kita seorang muslim, wanita yang kita idamkan itu adalah wanita yang sholeha, yang dapat menjaga kita untuk tetap taat pada Nya. Wanita dapat kita percayai untuk anak kita menghabiskan waktu bersamanya, karena dia adalah guru yang sangat baik. Wanita yang menjadikan rumah kita sebagai madrasah dimana dialah guru utamanya (Al ummi madrasatu) tentu saja kita kepala madrasahnya. Wanita yang rela mengorbankan kehidupannya untuk tetap setia dirumah menjaga dan memelihara kehormatan kita walau itu membuatnya tidak exis seperti axis. Seperti sayyidah Fatimah. Wanita yang.... ah segudang lah, pokoke semua yang kita inginilah mulai dari sifat, sikap, pemikiran sampai pada fisik yang seperti kita idamkan. Tapi ingat juga kalau kita kan bukan Imam Ali atau sebaik Imam Ali, jadi jangan harus ngotot seperti sayyidah Fatimah dong.
Kalau kita muslimah, mungkin pria yang kita idamkan itu adalah seorang lelaki yang pemberani dan gagah seperti Imam Ali. Tapi kita harus tau juga kalau kita bukan sayyidah fatimah, jadi kalau gak dapat kayak Ali, yoooo di roling lagi standarnya. Lanjut lagi niih. Lelaki yang mampu menjadi imam kita, baik imam shalat maupun imam dalam kehidupan ini. Lelaki yang memimpin kita dengan kelembutan, karena kita adalah makhluk ciptaan Allah yang paling lembut. Lelaki yang .... dan sebagainya. Mungkin ada banyak yang terpikirkan oleh kita tentang lelaki ideal bagi kita. Tentu saja sama seperti para lelaki, mulai dari fisik, materi, hingga sifat dan keimanannya.
Setelah hampir separuh dunia dijalani, mendaki gunung turun kelembah bersama teman bertualang ( seperti ninja hotori aja) entah kemana-mana, tapi kok belum jumpa juga ya apa yang seperti kita idamkan itu. Mungkin terlalu tinggi syaratnya. Berikut ini beberapa renungan yang semoga Allah meridhoinya. Amin.
Pertama, kita mencari kesana kemari, dah jumpa kemudian lepas, dah hampir jadi kemudian batal, dah senang tau nya gagal, dah pas taunya gak cocok. yang semuanya hanya memperlama kita dalam masa penantian ini aja. Padahal hampir setiap malam tahajut dan setiap shalat doanya semoga Allah mempertemukan ....aja. tapi kok gak ketemu-ketemu juga. Apa barang kali Allah gak denger ya? Allah denger kok. Jangankan doa, lintasan yang ada dihati dan pikiran kita aja Allah mengetahuinya. Kan Allah maha tau. Allah pun tau, kalau iman kita hampir aja goyah karena kesendirian ini. Kalau tau kok kayaknya Allah mendiamin kita kayak gini aja? Allah gak diamin kita kok, hanya saja Allah tuh punya cara untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang terbaik. Katanya sih, kalau Allah tuh sayang kita dan menghendaki kebaikan bagi kita biasanya akan agak sedikit diperlama. Walaupun sebenarnya bukan Allah memperlama, hanya saja kita yang merasa diperlama. Astaqfirullah. Karena Allah tidak pernah menunda-nunda kebaikan bagi hambanya. Sebenarnya dengan kondisi ini Allah memberikan kita suatu pendidikan yang dengannya kita hidup menjadi lebih baik.
Sebenarnya Allah mau memberikan kita penjelasan, sebenarnya hidup sendiri tanpa ada pendamping hidup sangatlah tidak enak. Oleh sebab itu ketika kita telah menjalani kehidupan berumah tangga, terasalah keindahan kehidupan itu. Dengan itu Allah memberikan penjelasan bagi kita kalau suatu saat nanti kita berfikir bahwa dengan menikah kita telah kehilangan kebebasan dan merasa hidup berumah tangga tidak enak ( karena kata orang-orang manisnya hidup berumah tangga itu hanya beberapa bulan saja, setelah itu ya... tergantung kita sebenarnya) kita harus berfikir ulang bagaimana lebih tidak enaknya hidup seorang diri seperti sebelum kita berumah tangga dulu.
Kita seolah-olah dididik Allah bahwa rumah tangga kita harus berjalan hingga ajal memisahkan. Pikirkan lah kembali masa-masa sulit kita mencari kesana-kemari kemudian Allah mempertemukan kita dengan idaman kita. Masa sih kita mau melepaskannya begitu saja. Setelah kita mencari dengan standar yang terbaik seperti standar sebelumnya, kemudian kita menemukan si dia. Tentulah itu yang paling terbaik bagi kita. Gak percaya ini yang harus kita renungkan “kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak QS. An-nisaa:19”. Sayangkan kalau kita harus membuang sesuatu yang paling terbaik dan memiliki kebaikan yang banyak hanya karena sedikit ego kita. Udah sulit-sulit dicari, udah dapat masa kita mau melepaskannya begitu aja. Udah tahajutan hampir setiap malam dengan munajat para ahli ibadah, masa kita gak yakin kalau si dia yang terbaik bagi kita. Biasanya sih kata orang, kalau kita sulit mendapatkan sesuatu maka sayang kitapun akan semakin besar padanya. Jadi tentu saja itu modal awal bagi terbentuknya keluarga yang sakinah, karena sakinah itu datangnya dari Allah melalui rasa sayang yang tulus pada diri kita.
Kemudian kedua. Ketika kita udah dapat tuh sang pujaan hati, masih aja ada tantangan lain. Protokoler keluarga menghendaki ada banyak langkah yang harus dilalui sebelum kita sampai pada jejang pernikahan. Besambung pada Hikmah pernikahan II.
Ditulis dari rumah kecil, dipinggiran kota Medan.
Medan, 07.02.2011, 02.30Wib.