MENJUNJUNG
LANGIT........MENDUNG
MEMIJAK BUMI.........RETAK
(The History Of
Medan)
Episode Pertama
“Segala
amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.”
(sengaja petikan sabda
RasullAllah tersebut saya tuliskan diawal tulisan ini, untuk mengingatkan saya
sendiri dan kita semua, akan pentingnya keikhlasan dalam setiap perbuatan.
Termasuk menulis dan membaca).
Sore
itu cuaca memang cerah. Kota Medan di
awal Maret memang sedang musim kemarau, walau terkadang hujan turun sesekali
mengikuti iringan angin muson barat yang bertiup dengan tenang. Cuaca yang
cerah dengan awan kumulus tipis, sungguh sebuah ketenangan hidup yang harus
dinikmati.
Kota
dengan penduduk lebih dari 2 juta jiwa, ‘setidaknya itu hasil dari sensus pada tahun
2010’ dengan kepadatan penduduk lebih dari 7ribu jiwa per kilometer persegi,
tentu merupakan kota yang padat dan penuh sesak dengan segala aktivitas. Tentu
kita bisa membayangkan bagaimana kampung kecil bernama ‘Medan Putri’ yang diapit sungai Deli dan Babura tepatnya 7
abad yang lalu. Penuh ketenangan dan kebersahajaan. Mungkin sesekali terdengar teriakan istri Guru
Patimpus memanggil si Kolok atau si Kecik anak laki-lakinya yang berlarian
riang hingga sampai dipinggiran kebun lada. Tujuh abad setelah itu.....dan
mungkin tulang-belulang mereka telah menjadi debu yang berterbangan entah
kemana. Dan kini Medan telah menjadi metropolitan baru di bumi Allah ini.
Ketika
siang mulai menghilang, dilembayung senja, para penghuni kota mulai menyusupkan
muka ketempat istri dan anak berada. Penat dan lelah setelah seharian mencari
rejeki untuk kelangsungan kehidupan dan demi kehidupan yang lebih baik. Setelah
seharian menyingsingkan lengan tangan, memeras keringat demi keluarga untuk
mendapatkan karunia tuhan yang paling berharga dimata mereka. Maka kini saat
mentari mulai merunduk dan bulan mulai menaikkan cahaya lembut pertanda malam
kan tiba, mereka mulai lelah dan ingin ngasoh sebisanya.
dan Dialah yang menidurkan kamu di malam
hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari........
Hiruk
pikuk kehidupan kota masih terasa. Hilir mudik mobil dan kereta masih silih
berganti entah kemana tak tau tujuan. Bagi sebagian penduduk kehidupan telah
memasuki masa tenang setelah seharian dari pagi hingga sore mencari karunia
tuhan, namun bagi sebagian penduduk lainnya justru dengan bergantinya siang menjadi
malam, kehidupan baru saja di mulai. Nampaknya kehidupan kota mempunyai sistem pergantian ship seperti
pekerja di Mal dan plaza. Metropolitan memang memberikan arti bahwa kota tersebut selalu hidup
dari detik demi detik tiada pernah berhenti. Seperti jantung yang berdetak
selalu walaupun tubuh sedang istirahat atau tertidur pulas.
Kehidupan
kota ini telah lama berlangsung sedemikian,
hingga tiada waktu senggang bagi kota untuk istirahat dari
aktivitas penghuninya. Kota
seperti denyut jantung yang terus menerus sibuk memompa darah dan oksigen
keseluruh tubuh. Malam yang disediakan oleh tuhan untuk melegakan raga dan
menenangkan jiwa justru menjadi ajang kesempatan bagi sebagian mereka untuk
mencari karunia yang berbeda dalam bentuk lainnya.
,Ï9$sùÇy$t6ô¹M}$#@yèy_ur@ø©9$#$YZs3y.......
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan
malam untuk beristirahat, .......
Yaa....begitulah
Medan.....
Tau
nggak dari mana dapat tuhh judul “ Menjunjung langit Mendung, Memijak Bumi
Retak”. Inspirasinya dari PPK....alias Pemuda Patriot Kebangsaan, rintisan Usman
Siregar alias Si Jabrik. Lho kok bisa dari PPK? Kan PPK motonya “datang bagai
petir, pergi bagai asap”. Kalau diterjemahkan dalam bahasa hermeneutik artinya
berarti “ PPK itu kalau datang mengejutkan orang karena datangnya mendadak
seperti petir membuat orang terkejut aja, namun ketika pergi...........perginya
pelan-pelan atau anggotanya pergi satu, pergi satu, pergi satu trus sampe habis
seperti asap yang hilang pelan-pelan. Seperti film dono, sewaktu mereka tidak
punya duit tuk bayar makanan di restouran. Pertama kasino keluar dari restoran, tak berapa lama
keluar pula indro dari restoran, trus pas waktu dono mau pergi
juga......ehhhh ketahuaan deh. Jadi....gitu
juga dengan PPK.
Trus
kalooo “ Menjunjung langit Mendung, Memijak Bumi Retak” artinya apa yaaa? ....


Tidak ada komentar:
Posting Komentar