MENJUNJUNG
LANGIT........MENDUNG
MEMIJAK
BUMI.........RETAK
(The
History Of Medan)
Episode: Jogya Is Yogya
Musim
penghujan di ujung tahun mungkin menghasilkan malam-malam tiada berbintang yang
menerangi langit. Namun aku tertegun dan terkesima oleh musim kemarau yang
gersang namun langit tiada bintang yang bertaburan menerangi malam walaupun
bulan sedang purnama. Duh Sang Gusti Pangeran. Mengikuti istilah yang
dikemukakan oleh Syeh Siti Jenar untuk memanggil Allah. Inikah caranya Allah
sang gusti pangeran mengatur sejarah kehidupan setiap manusia. Sudah....sudah
biarlah sudah....rajutan kisah kehidupan manusia mungkin bagian dari rencana
diri sendiri, tapi bak kata filosofi matematika Islam, matematika Allah lebih
hebat dari pada matematika manusia. Sehingga
terkadang kita tinggal berkata, jika kita hanya bisa berencana namun Dia yang
menentukan segalanya. Dan tentunya tidak seharusnya kita menilai apa yang telah
di tentukan oleh Tuhan karena dunia berputar bukan karena kehendak kita tetapi
karena kehendakNya.
18.30
Boing 737 berbandrol Lion Air mulai lending dari Cengkareng menuju bandar udara
Adi Sucipto Yogyakarta. Filosofis lending kehidupan selalu teringat menghiasi
cerik kecil amigdala. Tentukan tujuan, kumpulkanlah energi sebanyak-banyaknya,
berlarilah sekencang-kencang nya dan wusssshhh terbang mencapai impian. Begitu
indah bukan. Tapi kenyataan terkadang tidak seindah gambaran. Sempitnya tempat
duduk pesawat kelas ekonomi dan sesaknya nafas akibat tekanan udara pesawat
tidak stabil diawal lending menghiasi suasana awal. Walaupun keindahan lautan
selat jawa terasa begitu mengagumkan dihiasi keindahan kota Jakarta. Sudahlah,
hentikanlah, ku mohon.....mungkin itu yang akan dikatakan boing 737 Lion Air
ketika merasakan ada penumpang nya yang menikmati lendingnya dengan nyaman,
sedangkan Ia harus mengeluarkan erangan seperti deruan angin muson di musim panas
menimbulkan ombak yang memecah di pinggiran karang. Tapi memang begitu
kehidupan. Kebahagiaan orang lain terkadang kesedihan bagi yang lain dan kesedihan
orang lain terkadang mengandung kebahagiaan bagi yang lainnya. Hanya mereka
yang berempati tinggi saja yang mampu merasakan hal sebaliknya, dan tentu saja
ini adalah esensi dari menjalani kehidupan dari sisi agama karena “tidaklah
sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri”. Merasa seperti apa yang dirasakan saudaranya
dan bersikap seperti sebagaimana saudaranya menginginkan kita bersikap.
Lulus
seleksi administrasi mengikuti program 5000 Doktor Kementerian Agama Republik
Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta mengharuskan saya untuk mengikuti
seleksi berikutnya di kampus Universitas
Negeri Yogyakarta. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya hanya cerita
hhhh. Begitu kata iklan parfum terharum yang disukai tidak semua kita. Yogya
merupakan kota pendidikan, budaya, sejarah dan juga miniatur dari Indonesia. Nuansa kesederhanaan khas pencari ilmu, nuansa
kultural khas budaya indonesia, nuansa perjuangan sebagai sejarah bahwa Yogya
tidak bisa dilupakan dalam perjuangan Bangsa ini dan nuansa keberagamaan khas
miniatur Indonesia begitu kental terasa.
Bersepeda
menjadi tradisi dan budaya mungkin bisa menjadi pelajaran bagi warga kota Medan
untuk menciptakan Medan bebas polusi, menertibkan jalanan dengan tanpa angkot
dengan hanya menggunakan bus TransYogya munkin bisa menjadi solusi kemacetan di
Kota Medan. Membatasi TransYogya hanya sampai jam 19.00 mungkin bisa menjadi
solusi bagi Medan yang lebih baik dan bersahabat bagi generasi muda terutama remaja
untuk tidak berkeliaran bebesas di malam hari. Medan mungkin kota yang kita
cintai, dimana lebih banyak penjual CD bajakan di banding penjual buku bajakan.
Mungkin Medan kota Metropolitan, dimana lebih banyak penjual makanan dan warung
kopi tempat nongkrong dari pada kelompok diskusi anak muda. Medan kota tercinta
dimana diskusi bersitegang urat leher sudah biasa namun tidak ilmiah. Namun
medan juga kota yang megah dimana Mall berjejer hanya memenuhi keinginan hidup
tapi bukan kebutuhan hidup. Terakhir saya ingin mengutip firman Allah dalam
Surat As Sajadah 24.
وَجَعَلۡنَا
مِنۡهُمۡ أَئِمَّةٗ يَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُواْۖ
Salam
Medan, Salam Yogyakarta
Brayan,
07-07-2017