MENJUNJUNG LANGIT........MENDUNG
MEMIJAK BUMI.........RETAK
(The History Of Batubara)
Episode Kedua
Aku tak punya masa
lalu dan masa depan
Karena jika aku
memilih dan melakukan pilihan, itu adalahan efek dari
Yang telah aku
lakukan dimasa lalu.
Sedang jika aku
memilih untuk masa depan, dia akan tetap sebagai masa lalu dari Kehidupanku
dimasa depan
Karena semua
adalah kenangan.
Pagi yang indah dengan pancaran sinar
mentari sedikit malu-malu tapi terasa begitu indah di pesisir pantai selat
melaka. Seperti indahnya suasana hati yang mulai berbisik risih akan
kesendirian. Seperti bersenandung dalam ramai nya kehidupan kota medan yang aku
tinggalkan dan seperti bergemuruh di saat sepinya malam di Batubara pada awal
tahun 2024.
Mata yang indah, dengan senyum yang
merekah, dengan wajah yang begitu cerah. Pagi dengan mentari yang mulai menaik,
kuhentikan mobil yang setia menemaniku dari kota hingga kepelosok desa. Didepan
sekolah yang terlihat sederhana tapi bermakna. Guru-guru yang berbusana
sederhana tapi tetap bersahaja. Mata itu
begitu indah, namun sayang tak seindah pakaian sekolah yang mulai lusuh dan
sepatu yang mulai memperlihatkan kuku-kuku kaki.
Batubara diawal tahun memang jarang mendung
dan hujan. Selalu cerah sepanjang hari. Seperti cerahnya siswa-siswa SD yang
berlari-lari kecil memasuki gerbang sekolah.
Tapi bukan batubara saja yang dilanda gelombang panas, karena diseluruh
indonesia juga sedang merasakan. Mungkin efek rumah kaca maupun pemanasan
global yang semestinya perlu dirasa dan cari solusinya.
Pendidikan merupan pilar untuk memajukan
suatu bangsa. Dalam sejarah kemajuan bangsa-bangsa dunia selalu saja ada peran
pendidikan dalam setiap kemajuan mereka. Peradaban besar didunia dibangun
diatas kemajuan pendidikan. Maju mundurnya peradaban suatu bangsa bergantung
pada maju atau mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri demikian juga dengan
maju atau mundurnya suatu daerah.
Katanya sih ….pendidikan investasi. Jika
itu benar maka segala usaha yang kita lakukan saat ini, akan menuai hasil 10
atau 20 tahun yang akan datang. Bisa jadi disaat benih investasi itu menuai
hasil, saya atau kita semua juga telah pensiun dari kerjaan atau dipsensiunkan
Tuhan. Tapi itulah pendidikan, bukankah Al-Ilmu
yantafaubillah akan menemani kita sampai tulang dan tubuh melebur menjadi
debu. Bukanlah ilmu yang kita ajarkan akan terus mengalir sampai dari air
menjadi air, dari tanah menjadi tanah dan dari angin menjadi angin.
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan anak bangsa. Ya…kehidupan. Bukan mencerdaskan pikiran saja. Karena
kehidupan bukan sekedar mampu berfikir cerdas saja. Menjalani hidup dengan
cerdas adalah berbeda dengan berfikir cerdas. Kehidupan yang cerdas itulah yang
terkadang kita lupakan dalam dunia pendidikan. Padahal manusia bukanlah makluk
yang berakal saja, tapi juga makluk yang berakal budi. Ada jiwa dan akal yang
mestinya menjadi perhatian dalam proses pembelajaran. Tapi pembelajaran bukan
transfer of knowledge saja yang terjadi di ruang kelas, karena belajar dari
melihat apa yang terjadi lebih mengena dari belajar dari apa yang didengar.
Kesadaran pendidikan rendah terkadang tidak berubah dari generasi ke gerasi. Itu terlihat dari perbandingan jumlah siswa SD dan SMP. Jumlah siswa jenjang SMP adalah 15.866 orang sedangkan jumlah siswa SD 46.370 orang. Sedangkan menurut data emis kemenag kabupaten batubara bahwa jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 8.558 orang dan jumlah siswa MTs sebanyak 9.378 orang. Sehingga jumlah siswa setingkat SD/MI adalah 54.928 orang sedangkan jumlah siswa setingkat SMP/MTs adalah 25.244. Setiap tahun nya batubara menamatkan siswa SD/MI sebanyak 13.362 orang sedangkan penerimaan siswa jenjang SMP/MTs sebanyak 8.414 orang atau setara 62,97%. ini berarti 4.948 orang atau 37,03% siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau melanjutkan ke jenjang SMP/MTs tapi di luar wilayah kabupaten Batubara.
Jika dilihat Angka Partisipasi Murni (APM) siswa jenjang SMP/MTs di Kabupaten batubara sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batubara yaitu 74,28% maka bisa di perkirakan bahwa dari 13.362 siswa tamatan SD/MI hanya 11,31% saja yang melanjutkan pendidikan jenjang SMP/MTs ke luar daerah. Sisanya sebesar 25,72% (3.436 orang) dari siswa yang tamat SD/MI tersebut kemungkinan besar tidak melanjutkan pendidikan nya. Apa kebijakan yang mesti dilakukan pemerintah terhadap 25,72% anak bangsa tersebut?
Ketika februari 2020 pembelajaran di
sekolah mulai mulai berganti menjadi pembelajaran di rumah yang dikarenakan
pandemi covid 19. Pembelajaran daring terasa sangat menyenangkan diawal, namun
lama berlalu siswa pun jadi rindu akan suasana sekolah yang sungguh riuh akan
canda dan tawa. Ketika pembelajaran kembali dilakukan secara luring (tatap muka
kembali) siswa yang semula kelas 1 telah naik menjadi siswa kelas 4, sedangkan
siswa kelas 2 sudah naik menjadi siswa kelas 5 dan siswa kelas 3 menjadi siswa
kelas 6. Itu terlihat seperti angka-angka yang tak bermakna, tapi efeknya dari
46.370 siswa SD sebanyak 4.006 siswa belum pandai membaca, ini berarti 8,6%
siswa SD belum pandai membaca. Sedangkan tujuan pembelajaran di jenjang SD
adalah menanamkan dasar-dasar menjadi manusia pembelajar, dasar-dasar tersebut
adalah Calistung (membaca, menulis dan berhitung). Jika membaca aja belum bisa, bagaimana menulis
dan berhitung?. Jadi wajar saja jika banyak guru kelas I SMP yang mengeluh jika
siswa nya tidak pandai membaca.
Berlanjut….
Air Hitam, 7 Januari 2024
Dini Hari Diteras Rumah Mertua